Sejarah

Rencana Pembangunan Rumah Kail dimulai sejak tahun 2013, dimulai dari gagasan agar KAIL memiliki sekretariat sendiri. Tujuan memiliki sekretariat sendiri adalah agar bisa menyelenggarakan kegiatan-kegiatan secara rutin tanpa repot angkut-angkut barang dan agar barang-barang KAIL dapat tersimpan rapi dan tidak tersebar dan memenuhi rumah para staff.

Rencana tersebut dimulai dari survey lokasi, pembuatan konsep sekretariat dan pemilihan material, proses desain, dan proses pembangunan. 

Dipilih sebagai penanggung jawab survey, Selly Agustina dan David Ardes Setiady. Proses survey dilakukan sejak Januari 2013 sampai bulan Juni 2013. Survey dilakukan di tempat-tempat yang dianggap strategis dari sisi lokasi, akses, luasan lahan, dan harga. Ternyata hasil survey menunjukkan bahwa harga tanah sudah luar biasa mahal, sehingga tabungan KAIL tdiak akan cukup untuk membelinya. Karena itulah diputuskan untuk menggunakan tanah salah seorang staff yang dipinjamkan untuk digunakan sebagai lokasi pembangunan sekretariat. Karena ditempatkan di tanah pinjaman, maka sejauh mungkin digunakan material-material yang dapat digunakan kembali. Ini penting agar jika di kemudian hari bangunan dipindahkan, ada sebanyak mungkin bagian yang dapat digunakan kembali. Dari situ berkembanglah ide untuk menggunakan bahan bekas sebagai material rumah. 

Sekitar pertengahan tahun 2013, KAIL mengeksplorasi kemungkinan penggunaan rumah bekas. Kebetulan ada tawaran rumah bekas murah dari Yogya dari arkomjogja. KAIL memutuskan membeli rumah bekas tersebut. Dari sekitar 3 rumah bekas kemudian kayu-kayu yang masih bagusnya diolah kembali dan dijadikan satu rumah kayu limasan seperti yang digunakan di Rumah KAIL.

Berhubung kontur tanah di lokasi pembangunan Rumah Kail miring, maka diusulkan untuk memanfaatkan ruang di ruang miring tersebut menjadi lantai dasar, sementara rumah limasan bekas diletakkan di atasnya sebagai lantai 2. Jadilah KAIL memiliki bangunan 2 lantai. Dinding lantai satu sekaligus menjadi pondasi untuk lantai 2.

Proses desain dilakukan oleh tim arkomjogja dengan konsultasi dengan seluruh staff KAIL di awal proses desain. Seluruh staff ditanya apa impiannya mengenai Rumah KAIL. Semua menyatakan cita-citanya. Ada yang ingin mendengarkan gemerisik air. Ada yang ingin punya pojok menulis. Ada yang ingin memiliki ruang bermain anak. Ada yang ingin perpustakaan. Ruang kerja yang ramai. Ruang terapi dan konseling. Seluruh keinginan tersebut kemudian disatukan menjadi rancangan Rumah KAIL yang sekarang.

Proses pembangunan dilakukan oleh tim tukang lokal dari Cigarugak dan khusus rumah limasan pembangunan dilakukan bersama dengan tukang dari arkomjogjaDalam proses pembangunan tersebut, setiap dua hari sekali, seorang staff datang untuk mendokumentasikan proses pembangunan Rumah KAIL. Masing-masing yang datang membuat foto dan membuat laporan pandangan mata mengenai perkembangan pembangunan Rumah KAIL. Informasi tersebut kemudian disebarkan melalui email kepada semua staff. Catatan-catatan proses dan kumpulan foto itulah yang kemudian menjadi bahan pembuatan blog ini.

Setelah Rumah KAIL hampir selesai, proses paralel dilakukan untuk pembuatan perabot, seperti kitchen set, meja, kursi dan rak. Perabot-perabot ini dibuat dari kayu bekas peti kemas. Pembuatan perabot ini merupakan kreasi desain dan pembuatan dari tukang lokal Cigarugak.

Sekarang Rumah KAIL sudah dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan KAIL. 
Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi warga sekitar dan banyak orang yang membutuhkan layanan dari KAIL.